berderit. .
ketika ku dorong sebuah pintu tua. .
aku berada di sebuah rumah dengan atap menjulang tinggi dengan sebuah patung malaikat usang di atasnya. .
petir menyambar tak bersahabat.
aku melintasi labirin labirin tak berujung,yang akhirnya menuju sebuah pintu tua itu. .
klasik. .
hanya satu kata ketika aku melihat ruangan itu,.
sebuah piano penuh debu berdenting dengan indah,,
aku melihat lebih dalam lagi ,menyeruak ke sudut kamar. .
gadis cantik itu diselimuti gaun lusuh memainkan not demi not yang membuat ku terhanyut dalam kegelapan. .
aku melangkah ke arah gelap,ke dekat gadis itu,se anggun apakah wajahnya ? apakah mengalahkan keindahan bait lagunya ?
dan . .
dan..
dan.
aku hanya bisa terpaku,seperti seribu panah tak terlihat,menancapkan bayangan ku ke lantai. .
dia tak berwajah,gadis tanpa wajah. .gadis cantik tanpa wajah..
aku berlari menembus dingin yang menusuk,berlari tanpa arah,menerobos untaian nada menyakitkan dari gadis dan piano tua itu,,,
aku mendobrak sebuah kamar untuk menyelimuti diri. .
ketika tangan ku meyentuh sebuah saklar lampu. .
aku menjerit. . .
ratusan mimik wajah wanita cantik tertempel di sebuah dinding besar pnuh darah kering,darah kebencian. .
dan sebuah wajah yang aku kenal,ya,wajahku sendiri tertempel di dinding pling atas. .
aku memberanikan diri manatap cermin retak di sampng ku. . .
itu bukan aku. .
itu diriku . .
diriku yang kedua . . .
No comments:
Post a Comment